Monthly Archives: January 2011

Indonesia dan Problem Kemiskinan

Pada mulanya adalah kemiskinan. Lalu pengangguran. Kemudian kekerasan dan kejahatan [crime]. Martin Luther King [1960] mengingatkan, “you are as strong as the weakestof the people.” Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar kalau mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah. Maka untuk menjadi bangsa yang besar mayoritas masyarakatnya tidak boleh hidup dalam kemiskinan dan lemah.
Sesungguhnya kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini. Sekitar seabad sebelum kemerdekaan Pemerintah Kolonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di Indonesia [Pulau Jawa]. Pada saat itu indikator kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan penduduk yang pesat [Soejadmoko, 1980].

Kini di Indonesia jerat kemiskinan itu makin akut. Jumlah kemiskinan di Indonesia pada Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen [www.bps.go.id]. Kemiskinan tidak hanya terjadi di perdesaan tapi juga di kota-kota besar seperti di Jakarta. Kemiskinan juga tidak semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan struktural.

Pertanyaannya seberapa parah sesungguhnya kemiskinan di Indonesia? Jawabannya mungkin sangat parah. Sebab, kemiskinan yang terjadi saat ini bersifat jadi sangat multidimensional. Hal tersebut bisa kita buktikan dan dicarikan jejaknya dari banyaknya kasus yang terjadi di seluruh pelosok negeri ini.

Hakikat Kemiskinan

Meski kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia tetapi pemahaman kita terhadapnya dan upaya-upaya untuk mengentaskannya belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Para pengamat ekonomi pada awalnya melihat masalah kemiskinan sebagai “sesuatu” yang hanya selalu dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi saja.

Hari Susanto [2006] mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut miskin atau tidak bisa dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat konsumsi seseorang atau sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat dilihat dari berbagai faktor. Apakah itu sosial-budaya, ekonomi, politik, maupun hukum.

Menurut Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse [to be] atau [martabat manusia] dan habere [to have] atau [harta atau kepemilikan]. Oleh sebagian besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam konteks habere. Orang miskin adalah orang yang tidak menguasai dan memiliki sesuatu. Urusan kemiskinan urusan bersifat ekonomis semata.

Kondisi Umum Masyarakat

Mari kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk mempertahankan hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi mengembangkan hidup yang terhormat dan bermartabat. Bapenas [2006] mendefinisikan hak-hak dasar sebagai terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Hingga 2006 saja jumlah penderita buta aksara di Jawa Barat misalnya mencapai jumlah 1.512.899. Dari jumlah itu 23 persen di antaranya berada dalam usia produktif antara 15-44 tahun. Belum lagi tingkat pengangguran yang meningkat “signifikan.” Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir, masyarakat yang makan “Nasi Aking.”

Di Nusa Tenggara Timur (NTT) 2000 kasus balita kekurangan gizi dan 206 anak di bawah lima tahun gizi buruk. Sedangkan di Bogor selama 2005 tercatat sebanyak 240 balita menderita gizi buruk dan 35 balita yang statusnya marasmus dan satu di antaranya positif busung lapar. Sementara di Jakarta Timur sebanyak 10.987 balita menderita kekurangan gizi. Dan, di Jakarta Utara menurut data Pembinaan Peran Serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat [PPSM Kesmas] Jakut pada Desember 2005 kasus gizi buruk pada bayi sebanyak 1.079 kasus.

Dampak Kemiskinan

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks. Pertama, pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.

Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.

Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya [74,99 persen].

Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan [growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain meraka terpaksa di-PHK [Putus Hubungan Kerja].

Kedua, kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.

Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.

Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan “pemiskinan struktural” terhadap rakyatnya.

Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.

Keempat, kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.

Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.

Musuh Utama Bangsa

Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi musuh utama dari bangsa ini adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan telah menjadi kata yang menghantui negara-negra berkembang. Khususnya Indonesia. Mengapa demikian? Jawabannya karena selama ini pemerintah [tampak limbo] belum memiliki strategi dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang jitu. Kebijakan pengentasan kemiskinan masih bersifat pro buget, belum pro poor. Sebab, dari setiap permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan selalu diterapkan pola kebijakan yang sifatnya struktural dan pendekatan ekonomi [makro] semata.

Semua dihitung berdasarkan angka-angka atau statistik. Padahal kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus dilihat dari segi non-ekonomis atau non-statistik. Misalnya, pemberdayaan masyarakat miskin yang sifatnya “buttom-up intervention” dengan padat karya atau dengan memberikan pelatihan kewirauasahaan untuk menumbuhkan sikap dan mental wirausaha [enterpreneur].

Karena itu situasi di Indonesia sekarang jelas menunjukkan ada banyak orang terpuruk dalam kemiskinan bukan karena malas bekerja. Namun, karena struktur lingkungan [tidak memiliki kesempatan yang sama] dan kebijakan pemerintah tidak memungkinkan mereka bisa naik kelas atau melakukan mobilitas sosial secara vertikal.

  • Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas kuncinya harus ada kebijakan dan strategi pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan jangka panjang. Pemerintah boleh saja mengejar pertumbuhan-ekonomi makro dan ramah pada pasar. Tetapi, juga harus ada pembelaan pada sektor riil agar berdampak luas pada perekonomian rakyat.

    Ekonomi makro-mikro tidak bisa dipisahkan dan dianggap berdiri sendiri. Sebaliknya keduanya harus seimbang-berkelindan serta saling menyokong. Pendek kata harus ada simbiosis mutualisme di antara keduanya.

    Perekonomian nasional dengan demikian menjadi sangat kokoh dan vital dalam usaha pemenuhan cita-cita tersebut. Perekonomian yang tujuan utamanya adalah pemerataan dan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, tanpa perekonomian nasional yang kuat dan memihak rakyat maka mustahil cita-cita tersebut dapat tercapai. Intinya tanpa pemaknaan yang subtansial dari kemerdekaan politik menjadi kemerdekaan ekonomi maka sia-sialah pembentukan sebuah negara. Mubazirlah sebuah pemerintahan. Oleh karenanya pentingnya menghapus kemiskinan sebagai prestasi pembangunan yang hakiki.

 

 

 


Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi

Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan hasil usahanya kepada para anggota melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT). Keputusan dalam rapat tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) untuk anggota.

Laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Neraca mencerminkan posisi keuangan koperasi yang terdiri dari aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu. Perhitungan hasil usaha mencerminkan kinerja perusahaan selama periode yang bersangkutan.

Sumber-sumber Informasi Penyusunan Laporan Arus Kas
Informasi yang digunakan dalam penyusunan laporan arus kas pada Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi berasal dari 3 sumber, yaitu :

  1. Neraca
    Neraca Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi memberikan informasi mengenai kenaikan maupun penurunan aktiva, kewajiban dan ekuitas koperasi per 31 Desember 2005. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara saldo aktiva, kewajiban dan ekuitas per 31 Desember 2005 dan 2004.
  2. Perhitungan Hasil Usaha
    Perhitungan hasil usaha Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi memberikan informasi mengenai pendapatan, biaya serta sisa hasil usaha bersih koperasi selama satu periode yang bersangkutan. Perhitungan hasil usaha membantu menyusun laporan arus kas dari aktivitas operasi.
  3. Data Transaksi Terpilih
    Data transaksi terpilih merupakan data yang berupa perubahan yang tidak dipengaruhi kas secara langsung. Data transaksi terpilih untuk penyusunan laporan arus kas Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi adalah:
    • Pada tahun 2005 terdapat penambahan modal Rp. 139.252.989.746.56 yang terdiri dari simpanan berjangka Rp. 138.968.467.442,5 dan simpanan wajib Rp. 4.100.822.304,06 dan ada pengurangan modal dari simpanan pokok Rp.127.300.000,00

Kertas Kerja Penyusunan Laporan Arus Kas
Penyusunan laporan arus kas pada Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi menggunakan metode langsung dengan pendekatan kertas kerja. Kelebihan utama penggunaan metode langsung dalam penyusunan laporan arus kas adalah metode ini memperlihatkan penerimaan dan pembayaran kas koperasi dan laporan yang disajikan lebih konsisten. Kertas kerja laporan arus kas dibuat sebagai media untuk menyusun laporan arus kas.

 

Penyusunan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas bersih dari aktivitas operasi pada Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi disusun dengan metode langsung. Metode langsung yaitu penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto ditentukan dengan menyesuaikan…….dalam perhitungan hasil usaha metode akrual ke laba bersih atas dasar kas.

Menentukan Perubahan Dalam Kas
Langkah ini dilakukan dengan membandingkan kas dan setara kas yang terdapat dalam neraca Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi per 31 Desember 2005 dan 2004, sehingga dapat diperoleh penurunan sebesar Rp. 512.510.316, dengan rincian sebagai berikut:
Saldo 31 Desember 2005 Rp. 3.355.031.159
Saldo 31 Desember 2004 (Rp. 3.867.541.475)
Penurunan Kas (Rp. 512.510.316)

Menentukan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
Dalam metode langsung ditentukan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dengan menyesuaikan pendapatan, beban dan pos-pos lain yang terdapat dalam perhitungan hasil usaha.

Dan dapat diketahui bahwa arus kas bersih dari aktivitas operasi pada Koperasi Simpan Pinjam “Jasa” Bekasi selama tahun 2005 adalah sebesar Rp. 7.221.511.311,31


Ekonomi Koperasi

KOPERASI KARYAWAN PT. ASTRA HONDA MOTOR

PERHITUNGAN HASIL USAHA

Per-tanggal 31 Desember 2009

 

 

Koperasi karyawan PT. Astra Honda Motor mempunyai modal sebesar Rp. 21,471,943,000 yang berasal dari :

Modal sendiri                                                  Rp.  8,317,943,000

Modal pinjaman Bank Syariah Mandiri          Rp. 13,154,000,000

 

Pada akhir tahun koperasi memperoleh SHU sebesar Rp. 3,179,750,943 berdasarkan anggaran dasar dan rapat anggota tahunan , dengan cara perhitungan :

 

Sisa Hasil Usaha Koperasi = Laba Kotor – Jumlah Beban Perkoperasian dan Usaha

 

Dengan rincian sebagai berikut :

47,75% untuk biaya gaji karyawan

3,52% untuk biaya perlengkapan alat tulis

2,47% untuk biaya bunga tabungan

2,4 % untuk biaya kesejahteraan karyawan

11,51% untuk biaya dana sosial anggota

10,47% untuk biaya rupa rupa

9,74% untuk biaya penyusutan inventaris

3,85% untuk biaya royalti Omi Mart

1,52% untuk biaya amortisasi aktiva tak berwujud

1,13% untuk biaya audit free akuntan

5,59% untuk biaya organisasi rapat anggota

0,04% untuk biaya lain lain

0,01% untuk biaya dana sosial

 

Susunan perhitungan pembagian SHU :

 

SHU                                                                                                                     Rp.3,179,756,943

Laba Kotor                                                                                                  Rp.4,549,429,871

Gaji karyawan                         47,75% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.654,102,857

Perlengkapan alat tulis            3,52% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  48,257,410

bunga tabungan                        2,47% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  33,783,054

kesejahteraan karyawan          2,4 % x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  32,888,958

dana sosial anggota                 11,51% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.157,639,520

rupa rupa                                 10,47% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.143,361,939

penyusutan inventaris             9,74% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.133,440,413

royalti Omi Mart                       3,85% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  52,722,027

amortisasi aktiva tak berwujud 1,52% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  20,826,750

audit free akuntan                     1,13% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  15,500,000

organisasi rapat anggota          5,59% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.  76,500,000

lain lain                                      0,04% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.       500,000

dana sosial                                 0,01% x Rp. 1,369,672,928 = Rp.       150,000   +

Rp.1,369,672,928 –

Rp.3,179,756,943 –

0

1. Rizky Arryan

Simpanan sebesar Rp. 2,500,000

Belanja Rp. 5,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                           = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,500,000 = Rp.18,250

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.5,000,000 = Rp.13,000 +

SHU yang diterima Rizky                                                                   Rp.31,250

 

 

2. Abdurrahman Ghany

Simpanan sebesar Rp. 2,800,000

Belanja Rp. 4,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,800,000 = Rp.20,440

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,000,000 = Rp.10,400 +

SHU yang diterima Ghany                                                                 Rp.30,840

 

 

3. Haryanto Wibowo

Simpanan sebesar Rp. 2,000,000

Belanja Rp. 4,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,000,000 = Rp.14,600

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,000,000 = Rp.10,400 +

SHU yang diterima Haryanto                                                            Rp.25,000

 

 

4. Putuyasa Widurie

Simpanan sebesar Rp. 1,000,000

Belanja Rp. 2,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                 0.73% x Rp.1,000,000 = Rp. 7,300

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.2,000,000 = Rp. 5,200 +

SHU yang diterima Putu                                                                    Rp.12,500

 

 

5. Laksono Sasono

Simpanan sebesar Rp. 2,000,000

Belanja Rp. 2,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,000,000 = Rp.14,600

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.2,500,000 = Rp.  6,500 +

SHU yang diterima Sasono                                                                Rp.21,100

 

 

6. Ilham Alfadhil

Simpanan sebesar Rp. 1,000,000

Belanja Rp. 1,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.1,000,000 = Rp.7,300

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.1,500,000 = Rp.3,900 +

SHU yang diterima Ilham                                                                  Rp.11,200

 

 

7. Rezza Ahadinata

Simpanan sebesar Rp. 2,900,000

Belanja Rp. 3,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,900,000 = Rp.21,170

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.3,500,000 = Rp.  9,100 +

SHU yang diterima Rezza                                                                  Rp.30,270

 

 

8. Fachrul Wibiyasa

Simpanan sebesar Rp. 2,000,000

Belanja Rp. 4,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,000,000 = Rp.14,600

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,000,000 = Rp.10,400 +

SHU yang diterima Fachrul                                                               Rp.25,000

 

9. Arie Dwi Sutomo

Simpanan sebesar Rp. 800,000

Belanja Rp. 2,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                 0.73% x Rp.   800,000 = Rp.  5,840

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.2,000,000 = Rp.  5,200 +

SHU yang diterima Arie                                                                     Rp.11,040

 

 

10. Putra Farah Abbas

Simpanan sebesar Rp. 3,000,000

Belanja Rp. 4,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.3,000,000 = Rp.21,900

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,000,000 = Rp.10,400 +

SHU yang diterima Putra                                                                   Rp.32,300

 

 

11. Yogi Pratama

Simpanan sebesar Rp. 750,000

Belanja Rp. 1,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                 0.73% x Rp.   750,000 = Rp.5,475

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.1,500,000 = Rp.3,900 +

SHU yang diterima Yogi                                                                    Rp.9,375

 

 

12. Teguh Anugerah

Simpanan sebesar Rp. 500,000

Belanja Rp. 2,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                 0.73% x Rp.   500,000 = Rp.3,650

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.2,000,000 = Rp.5,200 +

SHU yang diterima Teguh                                                                 Rp.8,850

 

 

13. Dewa Budi

Simpanan sebesar Rp. 900,000

Belanja Rp. 4,900,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.   900,000 = Rp.  6,570

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,900,000 = Rp.12,740+

SHU yang diterima Dewa                                                                   Rp.19,310

 

 

14. Petir Rahmansyah

Simpanan sebesar Rp. 200,000

Belanja Rp. 3,750,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.   200,000 = Rp. 1,460

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.3,750,000 = Rp. 9,750 +

SHU yang diterima Petir                                                                   Rp.11,210

 

 

15. Ben Ananda

Simpanan sebesar Rp. 630,000

Belanja Rp. 4,100,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.   630,000 = Rp. 4,599

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,100,000 = Rp.10,660 +

SHU yang diterima Ben                                                                     Rp.15,259

 

 

16. Joeffan Tirthayasa

Simpanan sebesar Rp. 3,300,000

Belanja Rp. 5,425,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                               0.73% x Rp.3,300,000 = Rp.24,090

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.5,425,000 = Rp.14,105 +

SHU yang diterima Joeffan                                                               Rp.38,195

 

 

17. Alexandre Jhon

Simpanan sebesar Rp. 4,000,000

Belanja Rp. 7,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                               0.73% x Rp.4,000,000 = Rp.29,200

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.7,500,000 = Rp.19,500 +

SHU yang diterima Jhon                                                                   Rp.48,700

 

 

18. Taufiq Sidik

Simpanan sebesar Rp. 200,000

Belanja Rp. 2,400,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                           = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.   200,000 = Rp.1,460

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.2,400,000 = Rp.6,240 +

SHU yang diterima Taufiq                                                                 Rp.7,700

 

 

19. Wirawan Sastra

Simpanan sebesar Rp. 2,000,000

Belanja Rp. 4,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,000,000 = Rp.14,600

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,000,000 = Rp.10,400 +

SHU yang diterima Wirawan                                                             Rp.25,000

 

 

20. Bambang Budiono

Simpanan sebesar Rp. 2,500,000

Belanja Rp. 5,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,500,000 = Rp.18,250

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.5,000,000 = Rp.13,000 +

SHU yang diterima Bambang                                                            Rp.31,250

 

 

21. Widodo

Simpanan sebesar Rp. 2,800,000

Belanja Rp. 4,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,800,000 = Rp.20,440

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.4,000,000 = Rp.10,400 +

SHU yang diterima Widodo                                                               Rp.30,840

 

 

22. Yunir Heryanto

Simpanan sebesar Rp. 1,000,000

Belanja Rp. 2,000,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                           = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.1,000,000 = Rp. 7,300

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.2,000,000 = Rp. 5,200 +

SHU yang diterima Yunir                                                                   Rp.12,500

 

 

23. Toni Gamalama

Simpanan sebesar Rp. 1,000,000

Belanja Rp. 1,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                               0.73% x Rp.1,000,000 = Rp.7,300

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.1,500,000 = Rp.3,900 +

SHU yang diterima Toni                                                                     Rp.11,200

 

 

24. Abdul Nafiz

Simpanan sebesar Rp. 1,700,000

Belanja Rp. 3,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.1,700,000 = Rp.12,410

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.3,500,000 = Rp.  9,100+

SHU yang diterima Nafiz                                                                   Rp.21,510

 

 

25. Yusrizal Eko

Simpanan sebesar Rp. 600,000

Belanja Rp. 1,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                               0.73% x Rp.   600,000 = Rp.4,380

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.1,500,000 = Rp.3,900 +

SHU yang diterima Eko                                                                     Rp.8,280

 

 

26. Fauzan Lubis

Simpanan sebesar Rp. 1,000,000

Belanja Rp. 1,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.1,000,000 = Rp.7,300

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.1,500,000 = Rp.3,900 +

SHU yang diterima Fauzan                                                               Rp.11,200

 

27. Lukky Asruri

Simpanan sebesar Rp. 2,300,000

Belanja Rp. 3,200,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                             = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,300,000 = Rp.16,790

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.3,200,000 = Rp.  8,320+

SHU yang diterima Asruri                                                                 Rp.25,110

 

 

28. Nursasongko

Simpanan sebesar Rp. 2,650,000

Belanja Rp. 6,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.2,650,000 = Rp.19,345

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.6,500,000 = Rp.16,900+

SHU yang diterima Nursasongko                                                     Rp.36,245

 

 

29. Yaya Nurcahya

Simpanan sebesar Rp. 1,300,000

Belanja Rp. 5,800,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                            = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                                0.73% x Rp.1,300,000 = Rp.  9,490

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.5,800,000 = Rp.15,080 +

SHU yang diterima Yaya                                                                   Rp.24,570

 

30. Marzuki Ismail

Simpanan sebesar Rp. 2,000,000

Belanja Rp. 7,500,000

Total penjualan koperasi Rp. 12,553,620,309

 

% dana sosial anggota                           = Rp.      157,639,520 x 100% = 0,73%

Rp. 21,471,943,000

% biaya kesejahteraan karyawan        = Rp.        32,888,958 x 100% = 0,26%

Rp. 12,553,620,309

 

Dana sosial anggota                               0.73% x Rp.2,000,000 = Rp.14,600

Biaya kesejahteraan karyawan            0,26% x Rp.7,500,000 = Rp.19,500 +

SHU yang diterima Marzuki                                                              Rp.34,100

 


Gardiner Greene Hubbard

Penemuannya kini menjadi salah satu saluran televisi favorit di dunia. Majalahnya telah dicetak dalam 31 bahasa dan dibaca 360 juta orang tiap bulannya. Padahal, awalnya ia cuma niat bikin komunitas yang bisa berbagi pengetahuan dunia pada masyarakat.

Itulah selintas cerita tentang Gardiner Greene Hubbard, sang penemu National Geographic. Sejak lulus kuliah hukum di Boston, Washington DC, minat Hubbard, kelahiran 25 Agustus 1822, terhadap masalah sosial memang makin terlihat. Ia rela meninggalkan gelar sarjana hukumnya demi memimpin pembuatan jalur mobil pertama untuk mendukung pembangunan Kota Cambrige.

Beberapa tahun kemudian, Hubbard menikah dan punya seorang putri bernama Mabel. Suatu hari, Mabel terjangkit scarlet fever berat yang membuatnya tuli. Di zaman itu, sekolah untuk tuna rungu masih jarang sekali. Untungnya, Hubbard ketemu sekolah khusus tuna rungu yang dipimpin Alexander Graham Bell, si penemu telepon. Tidak disangka, Hubbard ternyata cocok sama Bell yang ‘gila’ pengetahuan seperti dirinya. Kecocokan itu, bikin Hubbard rajin mendukung penelitian Bell dan ikut andil mendirikan Bell Telephone Conpany. Bahkan Hubbard sempat jadi kepala sekolah di Clarke School of the Deaf sebagai kontribusinya terhadap masalah tuna rungu.

Setelah Bell menikah dengan Mabel, Hubbard ingin membuat sesuatu yang baru lagi. Bersama 32 orang temannya, di tanggal 27 Januari 1888, ia mendirikan National Geographic Society, salah satu organisasi pendidikan dan ilmiah non-profit terbesar di Amerika Serikat. Komunitas yang terdiri dari kumpulan ilmuwan, bisnisman dan pendidik ini punya misi mempublikasikan penemuan-penemuan hebat sebagai pengetahuan bagi masyarakat luas.

Sembilan bulan setelahnya, Hubbard mendirikan National Geographic Magazine. Majalah ini mengangkat berita seputar geografi, ilmu popular, budaya dan momen bersejarah plus perkembangannya di dunia. Sayangnya, sembilan tahun kemudian Hubbard meninggal dunia dan menyerahkan kepemimpinannya pada menantunya, Bell. Untuk mengenang jasanya, National Geographic Society membuat The Hubbard Medal, penghormatan terhadap tokoh ilmu pengetahuan dunia. Salah satu penerima medali ini adalah Neil Armstrong, orang pertama yang berhasil menjelajahi bulan.

 

* ‘kegilaan’ keluarga Hubbard akan pengetahuan, mungkin mengalir pada darah keturunannya. Lafayette Ronald Hubbard, misalnya, ia adalah penemu aliran scientology, kepercayaan yang dianut Tom Cruise belakangan. Scientology adalah aliran kepercayaan yang menganggap ilmu alam dan teknologilah yang mengatur dunia.

 


Rangkuman Bab VIII

EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI DILIHAT DARI SISI ANGGOTA

• Efek-efek ekonomis koperasi

• Efek harga dan efek biaya

• Analisis hubungan efek ekonomis dengan keberhasilan koperasi

• Penyajian dan analisis neraca pelayanan

 

Efek – efek Ekonomis Koperasi

Salah satu hubungan penting yang harus dilakukan koperasi adalah dengan para anggotanya, yang kedudukannya sebagi pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Motivasi ekonomi anggota sebagi pemilik akan mempersoalkan dana (simpanan-simpanan) yang telah di serahkannya, apakah menguntungkan atau tidak. Sedangkan anggota sebagai pengguna akan mempersoalkan kontinuitas pengadaan kebutuhan barang-jasa, menguntungkan tidaknya pelayanan koperasi dibandingkan penjual /pembeli di luar koperasi. Pada dasarnya setiap anggota akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan koperasi :

1.Jika kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya

2. Jika pelayanan itu di tawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang lebih menguntungkan di banding yang di perolehnya dari pihak-pihak lain di

luar koperasi.

 

Efek Harga dan Efek Biaya

Partisipasi anggota menentukan keberhasilan koperasi. Sedangkan tingkat partisipasi anggota di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : Besarnya nilai manfaat pelayanan koperasi secara utilitarian maupun normatif. Motivasi utilitarian sejalan dengan kemanfaatan ekonomis. Kemanfaatan ekonomis yang di maksud adalah insentif berupa pelayanan barang-jasa oleh perusahaan koperasi yang efisien, atau adanya pengurangan biaya dan atau di perolehnya harga menguntungkan serta penerimaan bagian dari keuntungan (SHU) baik secara tunai maupun dalam bentuk barang. Bila dilihat dari peranan anggota dalam koperasi yang begitu dominan, maka setiap harga yang ditetapkan koperasi harus di bedakan antara harga untuk anggota dengan harga untuk non anggota. Perbedaan ini mengharuskan daya analisis yang lebih tajam dalam melihat peranan koperasi dalam pasar yang bersaing.

 

Analisis Hubungan Efek Ekonomis dan Keberhasilan Koperasi

Dalam badan usaha koperasi, laba (profit) bukanlah satu-satunya yang di kejar oleh manajemen, melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented). Di tinjau dari konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang di terima oleh anggota. Keberhasilan koperasi di tentukan oleh salah satu faktornya adalah partisipasi anggota dan partispasi anggota sangat berhubungan erat dengan efek ekonomis koperasi yaitu manfaat yang di dapat oleh anggota tsb.

 

Penyajian dan Analisis Neraca Pelayanan

Di sebabkan oleh perubahan kebutuhan dari para anggota dan perubahan lingkungan koperasi, terutama tantangantantangan kompetitif, pelayanan koperasi terhadap anggota harus secara kontinu di sesuaikan.

Ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggotanya :

1. Adanya tekanan persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non koperasi).

2. Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban. Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang di tawarkan oleh koperasi.

Bila koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota yang lebih besar dari pada pesaingnya, maka tingkat partisipasi anggota terhadap koperasinya akan meningkat. Untuk meningkatkan pelayanan, koperasi memerlukan informasi-informasi yang datang terutama dari anggota koperasi.

 

 

 

 

Peranan Koperasi dalam berbagai bentuk pasar

Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar diklasifikasikan menjadi 2 macam :

  • Pasar dengan persaingan sempurna (perfect competitive market).
  • Pasar dengan persaingan tak sempurna (imperfect competitive market) , yaitu : Monopoli, Persaingan Monopolistik (monopolistik competition), dan Oligopoli

 

Peranan Koperasi dalam Persaingan Sempurna (perfect competitive market)

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna :

– Adanya penjual dan pembeli yang sangat banyak

– Produk yang dijual perusahaan adalah sejenis (homogen)

– Perusahaan bebas untuk mesuk dan keluar

– Para pembeli dan penjual memiliki informasi yang sempurna

 

Persaingan Sempurna

 

Ciri – ciri Koperasi dalam Pasar Monopolistik :

  • Banyak pejual atau pengusaha dari suatu produk yang beragam
  • Produk yang dihasilkan tidak homogen
  • Ada produk substitusinya
  • Keluar atau masuk ke industri relatif mudah
  • Harga produk tidak sama disemua pasar, tetapi berbeda-beda sesuai dengan keinginan penjualnya

 

 

Koperasi dalam Monopsoni

Kelangsungan hidup Koperasi jangka panjang pada pasar persaingan Monopsoni

Koperasi dalam Pasar Oligopoli

  • Oligopoli adalah struktur pasar dimana hanya ada beberapa perusahaan(penjual) yang menguasai pasar

Dua strategi dasar untuk Koperasi dalam pasar oligopoli yaitu strategi harga dan nonharga.

Untuk menghindari perang harga, perusahaan akan mengadakan product defferentiation dan memperluas pasar dengan cara melakukan kegiatan advertensimembedakan mutu dan bentuk produk.

 

Koperasi dengan Biaya Tinggi Dalam Suatu Pasar Oligopoli

Koperasi dengan Kemampuan Sama di Pasar Oligopoli

  • •Penawaran Harga yang bersifat Predator
  • •Price Leadership :
    • Price Leadership oleh Perusahaan dengan Biaya Terendah

 

PEMBANGUNAN KOPERASI

Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang (di Indonesia ) kendala yang dihadapi masyarakat :

  • Perbedaan pendapat masayarakat mengenai Koperasi
  • Cara mengatasi perbedaan pendapat tersebut dengan menciptakan 3 kondisi yaitu :

a. Koqnisi

b. Apeksi

c. Psikomotor

1. Masa Implementasi UU No.12 Tahun 1967

Tahapan membangun Koperasi :

a. Ofisialisasi

b. De-ofisialisasi

c. Otonomisasi

2. Misi UU No.25 Tahun 1992

merupakan gerakan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur  berlandaskan Pancasila dan UUD1945.

Tahapan Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang menurut

Hanel,1989

Tahap I           : Pemerintah mendukung perintisan pembentukan  organisasi koperasi.

Tahap II          : Melepaskan ketergantungan kepada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen dan keuangan secara langsung dari pemerintah dan atau organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah.

Tahap III         : Perkembangan koperasi sebagai organisasi koperasi yang mandiri.

Efisiensi Perusahaan Koperasi

  • Tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi adalah badan usaha yang kelahiranya dilandasi oleh fikiran sebagai usah kumpulan orang –orangbukan kumpulan modal. Oleh akrena itu koperasi tidak boleh terlepas dari ukuran efisiensi bagi usahanya, meskipun tujuan utamanya melayani anggota.
    Ukuran kemanfatatan ekonomis adalah manfaat ekonomi dan pengukuranynya dihubungkan dengan teori efisiensi, efektivitas serta waktu terjadinya transaksi atau diperolehnya manfaat ekonomi.
    Efisiensi adalah penghematan input yang diukur denngan cara membandingkan input anggaran atau seharusnya (la) dengan input realisasi atau sesungguhnya (ls), jika ls Dihubungkan dengan waktu terjadinya transaksi diperolehnya manfaat ekonomi oleh anggota dapat dibagi menjadi 2 jenis manfaat ekonomi yaitu :

    • Manfaat Ekonomi Langsung (MEL)
      MEL adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota langsung diperoleh pada saat terjadinya transaksi antara anggota dengankoperasinya.
    • Manfaat Ekonomi Tidak Langsung
      MELT adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota bukan pda saat terjadinya transaksi, tetapi diperoleh kemudian setelah berakhirnya sutu periode tertentu atau periode pelaporan keuangan/ pertangguangjawaban pengurus dan pengawas yakni penerimaan SHU anggota.
      Manfaat ekonomi pelayanan koperasi yang diterima anggota dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

TME =MEL +MELT
MEN = (MEL+MELT)-BA
Bagi suatu badan usaha koperasi yang melaksanakan kegiatan        serba usaha (multipurposen), maka besarnya manfaat ekonomi langsung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

MEL =Efp+EfPK+Evs+EvP+EvPU
MELT= SHU

Efektivitas Koperasi

Efektivitas adalah pencapaiaan target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya(OA), dengan output realisasi atau sesungguhnya (Os), Jika Os>Oa disebut efektif.
Rumus perhitungan Efektivitas Koperasi (EvK):
EvK = Realisasi SHUk + Realisasi MEL
Anggaran SHUk + Anggaran MEL
= Jika EvK >, berate Efektif
Produktivitas Koperasi
Produktivitas adalah pencapaian target output (O) Aatas inpt yang digunakan(I), jika (0>1) disebut Produktif
Rumuhs Perhitungan Produktivitas Perusahaan Koperasi
PPK = SHUk X 100%
(1) Modal Koperasi
PPK =Laba bersih dari uasaha dengan non anggota X 100%
Modal Koperasi

  • Analisis Laporan Keuangan Koperasi

Laporan Keuangan selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan, koperasi juga merupakan bagian dari laporan pertangguang jawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Secara umum laporan keuangan meliputi :
1. Neraca
2. Perhitungan Hasil Usaha
3. Laporan aerus kas
4. Ctatan atas laporan keuangan
5. Laporan Perubahan kekayaanbersih sebagai laporan keuangan tambahan


Rangkuman Bab X

EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI DILIHAT DARI SISI PERUSAHAAN

Efektivitas Koperasi
Efektivitas adalah pencapaian target output yang di ukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (Oa), dengan output realisasi atau sungguhnya (Os), jika Os > Oa di sebut efektif.
Rumus perhitungan Efektivitas koperasi (EvK) :
EvK= Realisasi SHUk + Realisasi MEL Anggaran SHUk + Anggaran MEL = Jika EvK >1, berarti efektif
Produktivitas Koperasi
Produktivitas adalah pencapaian target output (O) atas input yang digunakan (I), jika (O>1) di sebut produktif.
Rumus perhitungan Produktivitas Perusahaan Koperasi
PPK = SHUk x 100 %
Modal koperasi 

PPK = Laba bersih dr usaha dgn non anggota x 100%

Modal koperasi

Efisiensi Perusahaan Koperasi

Tidak dapat di pungkiri bahwa koperasi adalah badan usaha yang kelahirannya di landasi oleh fikiran sebagai usaha kumpulan orang – orang bukan kumpulan modal. Oleh karena itu koperasi tidak boleh terlepas dari ukuran efisiensi bagi usahanya, meskipun tujuan
utamanya melayani anggota.
• Ukuran kemanfaatan ekonomis adalah adalah manfaat ekonomi dan
pengukurannya di hubungkan dengan teori efisiensi, efektivitas
serta waktu terjadinya transaksi atau di perolehnya manfaat
ekonomi.
• Efesiensi adalah: penghematan input yang di ukur dengan cara
membandingkan input anggaran atau seharusnya (Ia) dengan input
realisasi atau sesungguhnya (Is), jika Is < Ia di sebut (Efisien)
Di hubungkan dengan waktu terjadinya transaksi/di
perolehnya manfaat ekonomi oleh anggota dapat di bagi
menjadi dua jenis manfaat ekonomi yaitu :
(1) Manfaat ekonomi langsung (MEL)
(2) Manfaat ekonomi tidak langsung (METL)
MEL adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota
langsung di peroleh pada saat terjadinya transaksi
antara anggota dengan koperasinya.
METL adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota bukan pada saat terjadinya transaksi, tetapi di peroleh kemudian setelah berakhirnya suatu periode tertentu atau periode pelaporan keuangan/pertanggungjawaban pengurus & pengawas, yakni penerimaan SHU anggota.
• Manfaat ekonomi pelayanan koperasi yang di terima
anggota dapat di hitung dengan cara sebagai berikut:
TME = MEL + METL
MEN = (MEL + METL) – BA
• Bagi suatu badan usaha koperasi yang melaksanakan
kegiatan serba usaha (multipurpose), maka besarnya
manfaat ekonomi langsung dapat di hitung dengan cara
sebagai berikut :
MEL = EfP + EfPK + Evs + EvP + EvPU
METL = SHUa 

Efisiensi Perusahaan / Badan Usaha Koperasi:
1. Tingkat efisiensi biaya pelayanan BU ke  pelayanan
(TEBP) = Realisasi Biaya pelayanan
anggaran biaya pelayanan
Jika TEBP < 1 berarti efisien biaya pelayanan BU ke anggota 

2. Tingkat efisiensi biaya usaha ke bukan anggota
(TEBU) = Realisasi biaya usaha
Anggaran biaya usaha
Jika TEBU < 1 berarti efisien biaya usaha
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Dilihat dari fungsi manajemen, laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi. Laporan keuangan koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan keuangan yang di buat oleh badan usaha lain. Secara umum laporan keuangan keuangan meliputi
(1) Neraca,
(2) Perhitungan hasil usaha (income statement),
(3) Laporan arus kas(cash flow),
(4) catatan atas laporan keuangan
(5) Laporan perubahan kekayaan bersih sbg laporan keuangan tambahan.
Adapun perbedaan yang pertama adalah bahwa perhitungan hasil usaha pada koperasi harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada perhitungan hasil usaha
berdasarkan perbandingan manfaat yang di terima oleh anggota dan bukan anggota.

Rangkuman Bab IX

PERMODALAN KOPERASI ARTI MODAL BAGI KOPERASI

• Modal merupakan sejumlah dana yang akan digunakan untuk melaksanakan usaha – usaha Koperasi.

• Modal jangka panjang

• Modal jangka pendek

• Koperasi harus mempunyai rencana pembelanjaan yang konsisten dengan azas – azas Koperasi dengan memperhatikan perundang – undangan yang berlaku dan ketentuan administrasi.

A. Sumber – sumber Modal Koperasi  (UU NO. 12/1967) :

• Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada Koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota Koperasi tersebut dan jumlahnya sama untuk semua anggota .

• Simpanan Wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota yang membayarnya kepada Koperasi pada waktu-waktu tertentu.

• Simpanan Sukarela adalah simpanan anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian – perjanjian atau peraturan – peraturan khusus.

B. Sumber – sumber Modal Koperasi (UU No. 25/1992) :

• Modal sendiri (equity capital) , bersumber dari simpanan pokok anggota, simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi/hibah.

• Modal pinjaman ( debt capital), bersumber dari anggota, koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.

Distribusi Cadangan Koperasi

• Pengertian dana cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

• Sesuai Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No. 12/1967 menentukan bahwa 25 % dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota disisihkan untuk Cadangan , sedangkan SHU yang berasal bukan dari usaha anggota sebesar 60 % disisihkan untuk cadangan.

Distribusi Cadangan Koperasi dipergunakan untuk :

• Memenuhi kewajiban tertentu

• Meningkatkan jumlah operating capital koperasi

• Sebagai jaminan untuk kemungkinan – kemungkinan rugi di kemudian hari

• Perluasan usaha

 


Rangkuman Bab VII

JENIS DAN BENTUK KOPERASI

Jenis – jenis Koperasi (PP 60 Tahun 1959) :

  • Koperasi Desa
  • Koperasi Pertanian
  • Koperasi Peternakan
  • Koperasi Perikanan
  • Koperasi Kerajinan/Industri
  • Koperasi Simpan Pinjam
  • Koperasi Konsumsi

Jenis – jenis Koperasi menurut Teori Klasik :

  • Koperasi pemakaian
  • Koperasi penghasil atau Koperasi Produksi
  • Koperasi Simpan Pinjam

Penjenisan Koperasi menurut ketentuan UU No. 12 / 67 tentang Pokok – pokok Perkoperasian pasal 17 :

1. Penjenisan Koperasi didasarkan pada kebutuhan dari dan untuk efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas /kepentingan ekonominya guna mencapai tujuan bersama anggota – anggotanya.

2. Untuk maksud efisiensi dan ketertiban, guna kepetingan dan perkembangan Koperasi Indonesia, di tiap daerah kerja hanya terdapat satu Koperasi yang sejenis dan setingkat.

Bentuk Koperasi (PP No. 60 / 1959) :

  • Koperasi Primer
  • Koperasi Pusat
  • Koperasi Gabungan
  • Koperasi Induk

Bentuk Koperasi yang disesuaikan dengan Wilyah Administrasi Pemerintahan (Sesuai PP 60 Tahun 1959)

• Di tiap desa ditumbuhkan Koperasi Desa

• Di tiap Daerah Tingkat II ditumbuhkan Pusat Koperasi

• Di tiap Daerah Tingkat I ditumbuhkan Gabungan Koperasi

• Di Ibu Kota ditumbuhkan Induk Koperasi

Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder

• Koperasi Primer merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang –orang

• Koperasi Sekunder merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi

Bentuk Koperasi (PP No. 60 / 1959)

  • Koperasi Primer
  • Koperasi Pusat
  • Koperasi Gabungan
  • Koperasi Induk

Bentuk Koperasi yang disesusaikan dengan Wilayah Administrasi Pemerintahan (Sesuai PP 60 Tahun 1959)

• Di tiap desa ditumbuhkan Koperasi Desa

• Di tiap Daerah Tingkat II ditumbuhkan Pusat Koperasi

• Di tiap Daerah Tingkat I ditumbuhkan Gabungan Koperasi

• Di Ibu Kota ditumbuhkan Induk Koperasi

Koperasi Primer dan Kopersi Sekunder

• Koperasi Primer merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang –orang .

• Koperasi Sekunder merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi .

 


Rangkuman Bab VI

JENIS –JENIS DAN BENTUK KOPERASI

Jenis Koperasi (PP 60 Tahun 1959)

a. Koperasi Desa

b. Koperasi Pertanian

c. Koperasi Peternakan

d. Koperasi Perikanan

e. Koperasi Kerajinan/Industri

f. Koperasi Simpan Pinjam

g. Koperasi Konsumsi

 

Jenis Koperasi menurut Teori Klasik terdapat 3 jenis Koperasi :

a. Koperasi pemakaian

b. Koperasi penghasil atau Koperasi produksi

c. Koperasi Simpan Pinjam

Ketentuan Penjenisan Koperasi Sesuai Undang – Undang No. 12 /67 tentang pokok-pokok Perkoperasian (pasal 17)

1. Penjenisan Koperasi didasarkan pada kebutuhan dari dan untuk efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas /kepentingan

ekonominya guna mencapai tujuan bersama anggota-anggotanya.

 

2. Untuk maksud efisiensi dan ketertiban, guna kepetingan dan perkembangan Koperasi Indonesia, di tiap daerah kerja hanya terdapat satu Koperasi yang sejenis dan setingkat.

BENTUK KOPERASI (PP No. 60 / 1959)

a. Koperasi Primer

b. Koperasi Pusat

c. Koperasi Gabungan

d. Koperasi Induk

Dalam hal ini, bentuk Koperasi masih dikaitkan dengan pembagian wilayah administrasi.

BENTUK KOPERASI YANG DISESUAIKAN DENGAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (Sesuai PP 60 Tahun 1959)

• Di tiap desa ditumbuhkan Koperasi Desa

• Di tiap Daerah Tingkat II ditumbuhkan Pusat Koperasi

• Di tiap Daerah Tingkat I ditumbuhkan Gabungan Koperasi

• Di Ibu Kota ditumbuhkan Induk Koperasi

KOPERASI PRIMER DAN KOPERASI

SEKUNDER

• Koperasi Primer merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang.

• Koperasi Sekunder merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi.

ARTI MODAL BAGI KOPERASI

Modal merupakan sejumlah dana yang akan digunakan untuk melaksanakan usaha-usaha Koperasi.

• Modal jangka panjang

• Modal jangka pendek

Koperasi harus mempunyai rencana pembelanjaan yang konsisten dengan azas-azas Koperasi dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan administrasi.

SUMBER-SUMBER MODAL KOPERASI (UU NO. 12/1967)

  • Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada Koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota Koperasi tersebut dan jumlahnya sama untuk semua anggota
  • Simpanan Wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota yang membayarnya kepada Koperasi pada waktu-waktu tertentu.
  • Simpanan Sukarela adalah simpanan anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan –peraturan khusus.

SUMBER-SUMBER MODAL KOPERASI (UU No. 25/1992)

  • Modal sendiri (equity capital) , bersumber dari simpanan pokok anggota, simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi/hibah.
  • Modal pinjaman ( debt capital), bersumber dari anggota, koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.

DISTRIBUSI CADANGAN KOPERASI

Pengertian dana cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Sesuai Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No. 12/1967 menentukan bahwa 25 % dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota disisihkan untuk cadangan , sedangkan SHU yang berasal bukan dari usaha anggota sebesar 60 % disisihkan untuk cadangan.

Distribusi Cadangan Koperasi antara lain dipergunakan untuk:

• Memenuhi kewajiban tertentu

• Meningkatkan jumlah operating capital koperasi

• Sebagai jaminan untuk kemungkinan-kemungkinan rugi di kemudian hari

• Perluasan usaha

 


Rangkuman Bab V

A. Pengertian SHU

Sisa hasil usaha (SHU) adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue [TR]) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost[TC]) dalam satu tahun buku.

Menurut UU No.25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:

SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

 

SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

Dengan mengacu pada pengertian diatas, maka besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dalam pengertian ini juga dijelaskan bahwa ada hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Hal ini berbeda dengan perusahaan swasta, dimana dividen yang diperoleh pemilik saham adalah proporsional, sesuai besarnya modal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu pembeda koperasi dengan badan usaha lainnya.

B. Pembagian SHU dan Cara Memperolehnya

Penghitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan apabila beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut:

  • SHU total koperasi pada satu tahun buku

SHU total koperasi adalah sisa hsil usaha yang terdapat pada neraca atau laporan laba rugi koperasi setelah pajak (profit after tax). Informasi ini dieroleh dari neraca ataupun laporan laba-rugi koperasi.

  • Bagian (persentase) SHU anggota
  • Total simpanan seluruh anggota

Partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam memberi modal koperasinya, yaitu dalam bentuk simpanan pokok, dimpana wajib, simpanan usaha, dan simpanan lainya. Data ini didapat dari buku simpanan anggota.

  • Total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota

Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual-beli barang atau jasa), antara anggota terhadap koperasinya. Dalam hal ini posisi anggota adalah sebagai pemakai ataupun pelanggan koperasi. Informasi ini diperoleh dari pembukuan (buku penjualan dan pembelian) koperasi ataupun dari buku transaksi usaha anggota.

Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu tertentu tahun buku yang bersangkutan.

  • Jumlah simpanan per anggota
  • Omzet atau volume usaha per anggota
  • Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota

Bagian (pesentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal anggota.

  • Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.

Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prisip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

SHU koperasi yangditerima dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri :

  1. SHU atas jasa modal

Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima oleh koperasinya sepanjang koperasi terssebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan.

2. SHU atas jasa usaha

Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai   atau pelanggan.

Secara umum SHU koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada anggaran dasar / anggaran rumah tangga koperasi sebagai berikut.

٠ Cadangan koperasi

٠ Jasa anggota

٠ Dana pengurus

٠ Dana karyawan

٠ Dana pendidikan

٠ Dana sosial

٠ Dana untuk pembanguna lingkungan.

Tentunya tidak semua komponen diatas harus diadopsi koperasi dalam membagi SHU nya. Hal ini sangat tergantung pada keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Untuk mempermudah pemahaman rumus pembagian SHU koperasi, berikut ini didajikan salah satu pembagian SHU di salah satu koperasi (selanjutnya disebut koperasi A)

Menurut AD/ART koperasi A, SHU dibagi sebagai berikut.

Cadangan : 40 %

Jasa anggota : 40 %

Dana pengurus : 5 %

Dana karyawan : 5 %

Dana pendidikan : 5 %

Dana sosial : 5 %

SHU per anggota dapat dihitung sebagai berikut:

SHU KOPERASI = Y+ X

Dimana:

SHU KOPERASI : Sisa Hasil Usaha per Anggota

Y : SHU KOPERASI yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi

X: SHU KOPERASI yang dibagi atas Modal Usaha

Dalam pembagan SHU kepada Anggota Ada beberapa prinsip pembagian SHU yang harus diperhatian diantaranya:

1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota

Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota, melainkan dijadikan sebagai cadangan koperasi.

 

2. SHU anggota adalah jasa dari anggota dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.

SHU yangditerima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinventasikan dan dari hasil taransaksi usaha yang dibagi kepada anggota. Dari SHU bagian anggota harus ditetapkan berapa persentase untuk jasa modal, misalkan 30 % dan sisanya sebesar 70% berarti untuk jasa transaksi usaha.

 

3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan

Proses perhitungan SHU per anggota dan jumblah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasi.

 

4. SHU anggota dibayar secara tunai

SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

Pola Manajemen Koperasi

Pengertian Manajemen dan Perangkat Organisasi

Definisi Paul Hubert Casselman dalam bukunya berjudul “ The Cooperative Movement and some of its Problems” yang mengatakan bahwa : “Cooperation is an economic system with social content”.

Artinya koperasi harus bekerja menurut prinsip-prinsip ekonomi  dengan melandaskan pada asas-asas koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial di dalamnya.

Rapat Anggota

Setiap anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Seorang anggota berhak menghadiri rapat anggota dan memberikan suara dalam rapat anggota serta mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus baaik di luar maupun di dalam rapat anggota. Anggota juga harus ikut serta mengadakan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha koperasi.

Pengurus Koperasi

Menurut Leon Garayon dan Paul O. Mohn dalam bukunya “The Board of Directions of Cooperatives” fungsi pengurus adalah :

• Pusat pengambil keputusan tertinggi

• Pemberi nasihat

• Pengawas atau orang yang dapat dipercaya

• Penjaga berkesinambungannya organisasi

• Simbol

Pengawas

Tugas pengawas adalah melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk organisasi, usaha-usaha dan pelaksanaan kebijaksanaan pengurus, serta membuat laporan tertulis tentang pemeriksaan.

Manajer

Peranan manajer adalah membuat rencana ke depan sesuai dengan ruang lingkup dan

wewenangnya; mengelola sumberdaya secara efisien, memberikan perintah,

bertindak sebagai pemimpin dan mampu melaksanakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Ropke J ( 1988 ) Teori Tripartiet

Partisipasi Anggota yang efektif dipengaruhi oleh :

  • Kesesuaian antara Output program koperasi dengan kebutuhan dan keinginan para anggotanya
  • Permintaan anggota dengan keputusan – keputusan pelayanan koperasi
  • Tugas koperasi dengan kemampuan manajemen koperasi

Pendekatan Sistem pada Koperasi

Menurut Draheim koperasi mempunyai sifat ganda yaitu :

  • organisasi dari orang-orang dengan unsur eksternal ekonomi dan sifat-sifat sosial (pendekatan sosiologi).
  • perusahaan biasa yang harus dikelola sebagai layaknya perusahaan biasa dalam ekonomi pasar (pendekatan neo klasik).